Model komunikasi intrapersonal
pertama kali dikemukakan oleh Dean C. Barlund. Ia adalah seorang ahli
komunikasi yang berasal dari Amerika Serikat. Komunikasi intrapersonal
merupakan proses pengolahan dan penyusunan informasi melalui sistem syaraf yang
ada di dalam otak, yang disebabkan oleh stimulus dan ditangkap oleh panca
indra. Proses berpikir adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di
dalam diri individu.
Gail E.
Myers dan Michelle Tolela Myers dalam buku The Dynamics of Human
Communication a Laboratory Approach (1992), menyatakan bahwa
apa yang terjadi dalam diri manusia, seperti apa yang mereka pikirkan,
rasakan, nilai-nilai yang di anut, reaksi, khayalan, mimpi, dan lain-lain
merupakan dimensi dari intrapersonal.
Sementara
itu dalam buku Trans Per Understanding Human Communication (1975),
disebutkan bahwa komunikasi intrapersonal adalah proses dimana individu
menciptakan pengertian.
Ronald L.
Applbaum dalam buku Fundamental Concept in Human Communication
mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai komunikasi yang berlangsung
dalam diri kita, ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri dan
kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita (Uchayana, 1993).
Dari
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, komunikasi intrapersonal
adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan
baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan, dia berbicara pada dirinya
sendiri, dia berdialog dengan dirinya sendiri, dan dijawab oleh dirinya
sendiri.
Apabila
seseorang mampu berdialog dengan dirinya sendiri berarti ia mampu mengenal diri
sendiri. Tanpa memahami diri sendiri akan sulit memahami orang lain. Belajar
diri sendiri berarti belajar bagaimana berpikir, berasa, dan bagaimana
mengamati, menginterpretasikan, dan mereaksi lingkungan.
Aktivitas
dari komunikasi intrapersonal yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya
memahami diri pribadi diantaranya adalah: berpikir, mengambil keputusan,
melamun, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang
terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri
kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita
membangun pemahaman diri pribadi.
Komunikasi
intrapersonal adalah jantung dari komunikasi seseorang. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.
B. Teori Komunikasi Intrapersonal
1) The Decay Theory (Teori
Peluruhan)
Teori
Peluruhan pertama kali diciptakan oleh Edward
Thorndike dalam
bukunya The Psychology of Learning pada 1914. Teori ini menyatakan
bahwa jika seseorang tidak mengakses dan menggunakan representasi memori, hal
itu membentuk jejak memori yang akan memudar atau membusuk dari waktu ke waktu.
Teori
Peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu.
Oleh karena itu informasi hilang dengan berjalannya waktu
serta kekuatan memori, menipis. Ketika seseorang belajar sesuatu yang baru, maka jejak
memori dibuat. Namun, seiring berjalannya waktu, jejak ini perlahan-lahan
akan hancur.
Secara aktif
berlatih mengingat informasi diyakini menjadi faktor utama menangkal
peluruhan ingatan. Hal ini dipercaya karena neuron mati secara bertahap karena usia,
namun beberapa kenangan yang lebih tua dapat lebih kuat dari kenangan yang
terbaru. Dengan demikian, teori peluruhan sebagian besar mempengaruhi sistem memori jangka pendek, yang berarti kenangan yang lebih
tua (dalam memori jangka panjang) lebih tahan terhadap guncangan
atau serangan fisik pada otak.
Hal ini
menyatakan bahwa perjalanan waktu saja tidak dapat menyebabkan lupa, dan Teori Peluruhan juga harus
memperhitungkan beberapa proses yang terjadi pada lebih banyak waktu yang
berlalu.
Asumsi dasar
teori peluruhan adalah bahwa memori menjadi semakin pudar dengan berlalunya
waktu bila tidak pernah diulang kembali. Informasi yang disimpan meninggalkan
jejak-jejak memori yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali
dalam kesadaran, maka akan rusak atau menghilang.
2) Teori Pengolahan Informasi
(Information Processing Theory)
Teori Pengolahan informasi dikembangkan oleh Richard
Atkitson dan Richard Shiffrin (1968). Sejak tahun 1950-an, perubahan besar
terjadi di bidang Psikologi yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Kognitif.
Revolusi kognitif mengambil bentuk sebagai apa yang sekarang dikenal sebagai
"Psikologi Kognitif". Bidang psikologi telah membebaskan diri dari
pandangan behavioris yang dominan pada tahun 1950. Revolusi ini memiliki dampak
besar pada teori dan penelitian di bidang psikologi, serta disiplin ilmu
lainnya, seperti interaksi manusia-komputer, faktor manusia dan ergonomi.
Secara keseluruhan, teori pengolahan informasi membantu membangun kembali
proses pemikiran internal sebagai daerah yang sah dari penelitian ilmiah.
Sebuah metafora yang diadopsi oleh cognitivists saat ini
adalah komputer, yang berfungsi untuk menyediakan peneliti petunjuk penting dan
arah dalam memahami otak manusia dan bagaimana proses informasi. Banyak
psikolog dan peneliti percaya bahwa Teori Pengolahan Informasi dipengaruhi oleh
komputer, dalam pikiran manusia mirip dengan komputer. Namun, saat ini metafora
pikiran sebagai komputer telah memudar. Analogi ini memiliki banyak kekuatan,
bahwa manusia memiliki toko memori yang berbeda dan informasi ditransfer dari
satu toko ke toko lain, namun tidak sedikit untuk benar-benar menjelaskan
bagaimana proses bekerja dan dengan demikian telah berkurang popularitasnya.
Menurut
teori pengolahan informasi, memori melalui proses encoding (proses meletakan
informasi dalam memori), storage (proses menyimpan informasi dalam memori), dan
retrieval (proses menemukan kembali informasi yang disimpan dalam memori).
Namun dalam
proses tersebut terlibat pula tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori
sensorik (penyimpanan sementara yang dibawa panca indra), memori jangka pendek
(short-term memory), dan memori jangka panjang (long-term memory). Informasi
akan selalu diterima oleh memori sensorik, kemudian akan diteruskan ke
dalam memori jangka pendek dan yang lain hilang. Dari memori jangka pendek ada
proses seleksi untuk diteruskan ke memori jangka panjang, sedangkan yang tidak
diteruskan akan dilupakan.
Terdapat dua
macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan
memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran).
Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai
seperempat detik.
Supaya
dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada memori
jangka pendek. Memori jangka pendek hanya mampu mengingat tujuh (plus atau
minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori
span). Untuk meningkatkan kemampuan memori jangka pendek, para psikolog
menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila
informasi dapat dipertahankan pada memori jangka pendek, ia akan masuk pada
memori jangka panjang. Inilah yang umumnya disebut sebagai ingatan. Memori
jangka panjang meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai
seumur hidup.
Ada
empat asumsi dasar dari teori pengolahan informasi yaitu:
·
Berpikir
Proses berpikir meliputi
kegiatan dari persepsi stimuli eksternal, pengkodean yang sama dan menyimpan
data sehingga dirasakan dan dikodekan dalam relung mental seseorang.
·
Analisis rangsangan
Ini adalah proses di mana rangsangan
disandikan yang diubah agar sesuai dengan kognisi otak dan proses interpretasi
untuk memungkinkan pengambilan keputusan. Ada empat sub-proses yang membentuk
aliansi yang menguntungkan untuk membuat otak tiba pada suatu kesimpulan
mengenai rangsangan dikodekan telah menerima dan terus disimpan. Keempat
sub-proses yaitu encoding, strategization, generalisasi dan otomatisasi.
·
Modifikasi Situasional
Ini adalah proses dimana seorang
individu menggunakan pengalamannya, yang tidak lain dari kumpulan kenangan yang
tersimpan, untuk menangani situasi yang sama di masa depan. Dalam kasus
perbedaan tertentu dalam kedua situasi, individu memodifikasi keputusan yang
mereka ambil selama pengalaman mereka sebelumnya datang dengan solusi untuk
masalah yang agak berbeda.
·
Evaluasi Kendala
Langkah ini menyatakan bahwa selain
tingkat perkembangan individu, sifat hambatan atau masalah juga harus
dipertimbangkan saat mengevaluasi intelektual, pemecahan masalah dan kecerdasan
kognitif. Kadang-kadang, informasi yang tidak perlu dan menyesatkan dapat
membingungkan.
3) Teori
Interferensi (Interference Theory)
Teori interferensi adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia lupa
bukan karena kehilangan memori tetapi karena informasi
lainnya menghalangi hal yang ingin diingat. Ini menyatakan gangguan yang
terjadi ketika belajar sesuatu yang baru menyebabkan lupa dari bahan yang lebih
tua, atas dasar persaingan antara keduanya. Teori ini, bersama dengan teori
kemerosotan (decay theory), diajukan sebagai sebab-sebab
mengapa manusia dapat melupakan sesuatu.
Bergstrom, seorang psikolog Jerman,
adalah orang yang melakukan studi pertama tentang interferensi pada tahun 1892.
Eksperimennya itu mirip dengan tugas Stroop dan mata pelajaran yang diperlukan
untuk memilah dua deck kartu dengan kata-kata menjadi dua tumpukan. Ketika
lokasi itu berubah menjadi tumpukan kedua, pengurutan lebih lambat. Ini
menunjukkan bahwa aturan pemilahan pertama mengganggu pembelajaran aturan
pemilahan baru. Bergstrom bersama Georg Muller Elias dan Pilzeker pada tahun 1900
mempelajari Interferensi retroaktif.
Perkembangan utama berikutnya datang
dari seorang psikolog Amerika dengan nama Benton J. Underwood tahun 1915 . Underwood menemukan
bahwa lebih banyak daftar yang belajar, semakin sedikit daftar terakhir yang
dipelajari dipertahankan setelah 24 jam.
Pada tahun 1924, James J. Jenkins dan Dallenback menunjukkan bahwa
pengalaman sehari-hari dapat mengganggu memori dengan percobaan yang
menghasilkan resistensi yang lebih baik selama periode tidur lebih dari pada
jumlah waktu yang sama yang ditujukan untuk aktivitas. Pada 1932 dengan John A.
McGeoch menunjukkan bahwa teori peluruhan harus diganti oleh Teori
Interferensi. Pergeseran paradigma terbaru utama datang ketika Underwood
mengusulkan bahwa inhibisi proaktif adalah lebih penting daripada inhibisi
retroaktif dalam akuntansi untuk melupakan.
Menurut teori interferensi, memori merupakan meja lilin atau
kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Misalkan
pada kanvas pertama sudah terlukis suatu teori, segera setelah itu kita mencoba
merekam teori lainnya. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman pertama
atau mengaburkannya.
Asumsi dasar
dari Teori Interferensi adalah bahwa memori yang tersimpan utuh tetapi tidak
dapat diambil karena persaingan diciptakan oleh informasi yang baru diperoleh.
Ada 3 komponen utama dari Teori
Interferensi :
·
Gangguan
Proaktif
Terjadi apabila informasi yang diterima sulit untuk diingat
karena adanya pengaruh ingatan yang lama (masa lalu). Contoh gangguan proaktif
yaitu jika Anda pertama kali belajar materi dalam kuliah psikologi
kemudian mengikuti kuliah sosiologi untuk mempelajari materi yang sama tetapi
berbeda, dengan demikian memori Anda dari bahan sosiologi terganggu karena masih
mengingat materi psikologi.
·
Gangguan
Retroaktif
Terjadi apabila informasi yang baru diterima menyebabkan
sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori. Contoh gangguan retroaktif
adalah pemain ski yang baik memiliki kesulitan setelah belajar snowboard.
Teknik untuk snowboarding dapat mengganggu teknik ski. Hal ini
menyebabkan pemain ski mengalami kesulitan mengingat keterampilan sebelumnya.
·
Gangguan
Output
Terjadi ketika tindakan awal mengingat informasi mengganggu
pengambilan informasi yang asli. Contoh di mana gangguan output mungkin terjadi
adalah jika salah satu telah menciptakan daftar item untuk membeli di toko
kelontong, tapi kemudian lupa untuk mengambil daftar ketika meninggalkan rumah.
Tindakan mengingat beberapa item dalam daftar yang menurunkan kemungkinan
mengingat item lainnya pada daftar itu.
Pengertian
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang dan bersifat privat dan eksklusif, identik dengan komunikasi face to face. Pada dasarnya yang menyebabkan seseorang atau manusia itu melakukan komunikasi adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Contoh Teori Komunikasi Interpersonal
Dalam studi ilmu komunikasi, konteks komunikasi interpersonal memiliki banyak sekali macam teori. Di antaranya: teori dissonansi kognitif, teori pertukaran sosial, teori inokulasi, teori kredibilitas, teori behaviorisme, teori interaksi simbolik, dll. Namun makalah ini akan membahas tiga contoh teori saja, yaitu Expectancy Violation Theory, Interpersonal Deception Theory dan Communication Accomodation Theory.
Asumsi dasar komunikasi interpersonal adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil.
0 komentar:
Posting Komentar